0.14

1.5K 28 1
                                    


Seperti biasa, Jeanna berjalan dari halte busway menuju kos, hal yang rutin ia lakukan setiap pulang bekerja, tidak lupa kedua telinga yang tersumbat oleh earphone, sekaligus membalas pesan dari teman-teman-nya disela kaki melangkah.

Hawa malam ini sedikit dingin karena sebelumnya hujan sepanjang hari, untung saja disaat jam pulang-nya hujan berhenti, bisa-bisa gadis itu kewalahan karena tidak akan pulang tepat waktu.

Tapi, mendadak perasaan ganjal itu kembali timbul. Jeanna heran, akhir-akhir ini dia merasa diperhatikan oleh seseorang, seolah ada yang mengikuti diri-nya.

Langkah Jeanna terhenti sejenak, malam ini cukup sepi seperti sebelum-nya, waktu juga sudah menunjukkan pukul tengah malam. Jeanna menatap sesuatu dari ujung mata-nya, lalu dengan cepat menoleh kebelakang, mengedarkan pandangan-nya pada jalanan kosong itu.

Jeanna menghela nafas, dia menyibakkan rambut kebelakang sembari mendesah berat. Apa ini efek dari kelelahan bekerja?

Kaki kembali melangkah, Jeanna mencoba untuk menormalkan perasaan-nya sembari mengusap wajah dengan kasar. Detik kemudian Jeanna lagi-lagi mencoba untuk menoleh kebelakang, demi tuhan perasaan-nya sangat tidak enak.

"Jeje-"

"AKH!" pekik Jeanna.

Jeanna menatap seorang pria yang tiba-tiba berdiri didepan-nya.

Cio menautkan alis, mimik wajah pemuda gemulai itu heran menatap Jeanna yang kaget setengah mati dengan wajah ketakutan.

"Gue bukan setan Je, jadi gak usah lebay." sahut Cio santai sembari menjilat ice cream yang ada ditangan kanan.

"Lo dateng dari mana sialan!" kesal Jeanna.

"Gue nungguin lo didepan kosan, terus jajan ice cream eh kita malah ketemu disini," Cio mengedarkan pandangan, "Lo kenapa sih? ada yang ngikutin?"

Jeanna mengerjap lalu menggeleng, "Enggak. Mau ngapain?"

"Ngapain apa?"

"Kekosan gue?"

Cio berdecak, "Lo lupa nyet? gue mau ambil earphone gue yang ketinggalan!" seru Cio.

"Kayak gak ada hari besok aja."

Cio berdecih, "Buruan neng gue besok shift pagi!"

Jeanna tidak menjawab, kedua-nya lalu melangkah bersamaan menuju kos yang berjarak sekitar 200 meter lagi.

Sampai disana Jeanna tidak lupa menyapa security yang berjaga. Tadi selama menunggu Jeanna pulang, Cio nongkrong dulu bersama Pak Jajang yang menemani-nya.

Pak Jajang dan Cio cukup akrab, selain karena tingkah Cio yang friendly dan sangat ekstrovert, pemuda gemulai itu tidak akan dicurigai Pak Jajang karena sikap-nya yang lenjeh. Jadi, tentu Pak Jajang tidak melarang Cio untuk masuk kedalam kamar kos Jeanna.

"Btw Je, lo kok gak bilang sih ada cowok ganteng yang ngekos disini?" tanya Cio antusias.

Jeanna melirik tajam, "Kenapa? mau lo godain?"

"Iya, karena ganteng. Tadi gue coba sapa, dan lo tau apa? jangankan disapa balik, dilirik aja enggak! kesel banget!" sewot-nya.

Jeanna yang membuka kunci pintu terkekeh pelan, "Ngeliat lo dia takut kali,"

Jeanna membuka pintu kos-nya, tapi mendadak gadis itu melotot saat melihat seseorang yang merebahkan diri diatas kasur. Jeanna reflek kembali menutup pintu, cukup cepat gerakan-nya sehingga menimbulkan suara yang cukup berisik.

Cio menautkan alis, "Lo kenapa lagi? salah kamar?" Cio melirik angka kamar dipintu, "Nomor 9 bener kok!"

"Bukan!" balas Jeanna, "Gue....gue yang ngambil!"

welcome Where stories live. Discover now